Bioetanol
PENDAHULUAN
Minyak
Bumi di Indonesia sangat banyak akan tetapi minyak bumi suatu sumber energi
yang tidak dapat diperbarui, dengan deposit yang
terbatas, cepat atau lambat cadangannya pasti akan habis dan berbanding
terbalik dengan jumlah masyarakat di indonesia yang berkembang pesat. Hal ini mendorong dilakukannya usaha penghematan energi
dan pencarian sumber energi baru sebagai alternatif, salah satunya dengan
membuat beoetanol. Bioetanol sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi
yang terbuat dari bahan alam yang mengandung karbohidrad dengan proses
fermentasi bekteri, salah satunya singkong.
Secara empiris Bahan bakar fosil seperi minyak bumi saat ini
harganya semakin meningkat, selain kurang ramah lingkungan juga termasuk sumber
daya yang tidak dapat diperbaharui. Menurut Surendro, 2006 yang terdapat di
jurnal prospek bioetanol sebagai pengganti minyak tanah mengatakan bahwa, produksi etanol
Nasional pada tahun 2006 mencapai sekitar 200 juta liter. Kebutuhan etanol
Nasional tersebut pada tahun 2007 diperkirakan mencapai 900 juta liter.
Menurut
data dari BPS (Badan Pusat Statistik) bahwa singkong di Indonesia memiliki
produktivitas yang meningkat, pada tahun 2012 luas lahan 1.129.688 ha memiliki produksi 24.177.372
ton. Sedangkan pada tahun 2014 produksi singkong semakin naik sebesar 24.558.778
ton. Singkong selain banyak di Indonesia, juga memiliki harga yang murah dan
terjangkau. Singkong salah satu buah yang di manfaatkan berbagai olahan.
Menurut majalah Agroinovasi Sinar tani (Badan Litbang
Pertanian) menyebutkan bahwa Singkong
segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%, pati 35%,
serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5% dan kadar abu 1%,
karenanya merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun sedikit kandungan
zat gizi seperti protein.
Pada Makalah ini penulis memiliki
tujuan salah satunya, mengetahui bahwa minyak bumi mempunyai alternatif lain
yaitu dengan bioetanol, mengetahui apa itu bioetanol, mengetahui bagaimana proses produksi
bioetanol, mengetahui manfaat dari bioethanol, mengetahui sifa fisis dan kimia
dari bioetanol.
PENGERTIAN DAN KOMPOSISI KIMIA
Pemanfaatan energi alternatif sedang
dilakukan guna mengurangi
ketergantungan terhadap bahan
bakar minyak bumi. Salah satunya adalah dengan
pemanfaatan bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara
fermentasi menggunakan bahan baku nabati dan dilanjutkan dengan proses destilasi.
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH
atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,40C.
Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat bercampur dengan air
(Kartika dkk., 1997). Etanol yang terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2)
dan air.
Dalam produksi bioetanol dibutuhkan glukosa,
pati, dan selulosa. Glukosa merupakan bentuk bahan baku
yang paling sederhana dengan rumus kimia C6H12O6.
Glukosa digunakan dalam proses
peragian. Sedangkan pati yang memiliki rumus kimia
(C6H10O5)n dengan jumlah
n antara 40-3000. Sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, pati membutuhkan
proses untuk memecah ikatan kimianya menjadi glukosa. Proses yang dilakukan dengan penambahan enzim
amilase untuk meghidrolisis menjadi glukosa.
Selulosa yang merupakan polisakarida dengan rumus kimia
(C6H10O5)n dengan jumlah
n ribuan hingga lebih dari puluhan ribu. Sebagai bahan baku
bioethanol, selulosa membutuhkan pengolahan awal
yang lebih intensif dengan bahan baku lain.
Pemanfaatan bioetanol atau etanol beraneka ragam,
sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan
penggunaannya. Untuk etanol yang mempunyai grade 90 - 96,5% dapat digunakan
pada industri, sedangkan etanol yang mempunyai grade 96 - 99,5% dapat digunakan
sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade
etanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan sebesar
99,5-100%.
Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air (Indyah, 2007).
a.
Sifat Fisika
Bioetanol
Sifat- Sifat Fisika Etanol
|
Keterangan
|
Berat Molekul
|
46,07 g/g mol
|
Titik Lebur
|
-112oC
|
Titik Didih
|
78,4oC
|
Densitas
|
0,7893 g/ml
|
Indeks Bias
|
1,36143 cP
|
Viskositas 20oC
|
1,17 cP
|
Panas Penguapan
|
200,6 kal/g
|
Warna Cairan
|
Tidak Berwarna
|
Kelarutan
|
Larut dalam air dan eter
|
Aroma
|
Memiliki aroma yang khas
|
b. Sifat Kimia Bioetanol
·
Merupakan
pelarut yang baik untuk senyawa organik
·
Mudah menguap dan mudah
terbakar
·
Bila
direaksikan dengan asam halida akan membentuk alkyl halida dan air
CH3CH2OH +
HC=CH → CH3CH2OCH=CH2
·
Bila
direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3+ H2O5.
·
Dehidrogenasi etanol
menghasilkan asetaldehid
·
Mudah terbakar diudara
sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan,
dan membentuk H2O dan CO2.
Bioetanol dapat dihasilkan dari fermentasi jagung,
singkong, sagu,
pepaya, nira tebu, nanas dan sejenisnya. Dalam makalah ini, akan membahas tentang produksi bioetanol dari singkong.
Langkah-langkah pembuatan Bioetanol terdapat beberapa proses, pada awalnya proses pre-treatment dengan tujuan untuk meningkatkan
kandungan glukosa bahan semaksimal mungkin sebelum memasuki tahap fermentasi.
Pertama Singkong dikupas dan dibersihkan, lalu diparut. Setelah itu, Singkong yang telah
diparut dipanaskan dan diaduk terus hingga mengental, dengan suhu kurang lebih 60oC, kemuadia tetesi enzim α amilase, lalu aduk hingga cair. Setelah
parutan singkong menjadi cair, didinginkan hingga suhu kurang lebih 45oC. jika suhu telah terdapat kurang lebih 45oC, ditambahkan
enzim β amilase, sehingga akan didapatkan glukosa.
Proses selanjutnya yaitu
proses fermentasi yang berlangsung
beberapa jam setelah semua
bahan dimasukkan ke
dalam fermentor. Pada proses tersebut dibutuhkan bantuan ragi saccharomyces cerevisae dengan persamaan kimia sebagai
berikut:
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2
CO2
Proses ini
dilakukan jika ditandai dengan keluarnya
gelembung-gelembung udara kecil-kecil. Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2
yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Selama proses fermentasi diusahakan agar suhu tidak melebihi 36°C dan pH
nya dipertahankan 4.5-5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 2
sampai 3 hari. Setelah itu etanol
yang terbentuk dipisahkan dari ampasnya. Saccharomyces
cerevisiae memiliki aktivitas paling besar atau fase eksponensial. Fase
eksponensial merupakan fase untuk pembentukan produk etanol yang terbesar.
Apabila kadar etanol mengalami penurunan, berarti Saccharomyces cerevisiae memasuki death phase sehingga jumlah mikroba yang tumbuh semakin melambat
dan tidak ada penambahan jumlah mikroba yang mengubah substrat menjadi etanol.
Proses
yang terakhir dalam pembuatan bioetanol ini adalah proses pemurnian
etanol, dimana proses yang paling banyak digunakan dalam dunia
industri adalah proses
destilasi. Proses destilasi dilakukan dengan cara pemisahan. Pemisahan
dilakukan pada suhu 78-80oC. Suhu
sangat berpengaruh pada proses pemisahan, karena suhu etanol 78,3oC
dan suhu air 100oC maka etanol akan menguap terlebih dahulu dan
terpisah dari komponen lain.
Dehidrasi suatu proses untuk membuang air sampai
menjadi 99,5%. etanol 99,5% ini yang bisa digunakan untuk menjadi bahan bakar
energi alternatif. Proses dehidrasi etanol secara konvensional yang umum
digunakan adalah dengan distiIasi azeotopik yang saat ini mulai digantikan
dengan molecular sieve. Metode yang sedang dikembangkan saat ini adalah
pervaporasi dengan membran.
Pada
dasarnya ada 5 tahap proses dehidrasi untuk membuang kandungan air dalam
campuran etanol azeotropik (etanol 95-96%). Proses yang pertama, yang sudah
digunakan di banyak pabrik etanol sejak dulu, adalah proses yang disebut
distilasi azeotropik. Distilasi azeotropik dilakukan dengan cara menambahkan
benzena atau sikloheksana ke dalam campuran. Ketika zat ini ditambahkan, maka
akan membentuk campuran azeotropik heterogen. Hasil akhirnya nanti adalah
etanol anhidrat dan campuran uap dari air dan sikloheksana/benzena. Ketika
dikondensasi, uap ini akan menjadi cairan. Metode lama lainnya yang digunakan
adalah distilasi ekstraktif. Metode ini digunakan dengan cara menambahkan
komponen terner dalam etanol hidrat sehingga akan meningkatkan ketidakstabilan
relatif etanol tersebut. Ketika campuran terner ini nantinya didistilasi, maka
akan menghasilkan etanol anhidrat (Ramadhani, dkk. 2013)
PENGUJIAN KADAR ETANOL
Bioetanol
akan menghasilkan etanol, untuk
mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dapat dilakukan pengukuran menggunakan alkoholmeter.
Sementara di bawah ini
merupakan tabel parameter kualitas bioetanol berdasarkanStandar Nasional
Indonesia (SNI).
Standar Nasional Indonesia
Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008)
MANFAAT BIOETANOL
Manfaat bioetanol
dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan karena memiliki bilangan oktan yang cukup tinggi, selain itu juga
bioetanol dijadikan sebagai bahan baku beralkohol. Adapun manfaat bioetanol
yang lainnya, sebagai bahan kimia dasar senyawa organik, sebagai bahan bakar roket, sebagai antiseptik, sebagai antidote beberapa racun, sebagai pelarut untuk parfum, cat dan larutan obat.
Dari pembahasan di atas bioetanol dapat di buat dari
bahan baku nabati salah satunya dari singkong. Proses pembuatan bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati,
hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi
etanol atau bioetanol, dan destilasi bioetanol lalu didehidrasi.
Di saat melakukan percobaan lebih di perhatikan kepada
suhu dan kesterilan mikroba, salah satunya disaat fermentasi kesterilannya untuk
mencegah kontaminasi oleh mikroba yang tidak dikehendaki. dan didestilasi suhunya.
Atmojo,
T.P. 2010. Bioetanol Bahan Bakar Nabati.
(Online), (http://theatmojo.com/energi/bioetanol-bahan-bakar-nabati/) , diakses
3 Ferbruari 2017 jam 10:57)
Bangun,Beatrix Natalia. 2007. Pra Rancangan Pabrik Etanol dari Molase dengan
Kapasitas Produksi 850 Ton/Tahun
(online)
Hapsari, A.M. &
Pramashinta, A. 2013. Pembuatan Bioetanol
dari Singkong Karet (Manihot glaziovii) Untuk Bahan Bakar Kompor Rumah
TanggaSebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak Tanah ke Bahan Bakar Nabati, (Online),
(http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki), diakses 24 Januari 2017 jam 20:46.
Majalah
Agroinovasi Sinar tani (Badan Litbang Pertanian),
(online)
(http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/104/file/Manfaat-Singkong.pdf
), diakses 05 februari 2017 jam 11:02
Nasrun. Jalaluddin. & Mahfuddhah. 2015. Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi
terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya, (Online),
(http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal), diakses 24 Januari 2017 jam 21:18.
Risnalia.
2014. Bioetanol yang Terdapat pada
Singkong, (Online), (http://risnalialia.blogspot.co.id/2014/01/makalah-kimia-bioetanol.html), diakses 3 Februari 2017 jam 10:50.
Ramadhani, Nurhikma. dkk. 2013. Makalah Bioetanol jurusan
d3 teknik kimia
Politeknik
negeri ujung pandang makassar (e-jurnal)
SNI
(Standar Nasioanl Indonesia). 2008. Bioetanol
terdenaturasi untuk gasohol (e-jurnal)
Trisakti, B.,
Silitonga, Y. & Irvan. 2015. Pembuatan
Bioetanol dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal dan
Fermentasi serta Recycle Vinasse (Pengaruh Konsentrasi Tepung ampas Tebu, Suhu,
dan Waktu Hidrolisis),
(e-jurnal), (jurnal.usu.ac.id/index.php/jtk/article/download/10318/4839) diakses 26 Januari 2017 jam 20:47.
(e-jurnal), (jurnal.usu.ac.id/index.php/jtk/article/download/10318/4839) diakses 26 Januari 2017 jam 20:47.
Yonas, I.M. 2013. Pembuatan
Bioetanol Berbasis Sampah Organik Batang Jagung, (Online), (http://eprints.ung.ac.id/4781/) diakses 24 Januari 2017 jam 21:17.
Komentar
Posting Komentar